Cilacap –03-10-2025.
Kepala Desa Boja, DASTO, telah menyampaikan permohonan maaf berulang kali kepada salah satu tim awak media melalui panggilan telepon WhatsApp pada Kamis, 2 Oktober 2025, pukul 14:20 WIB.
Permintaan maaf ini disampaikan menyusul pernyataan kontroversialnya yang diduga kuat melecehkan profesi jurnalis.
DASTO mengakui adanya kesalahpahaman dan meminta maaf secara spesifik kepada tim yang hadir di kantor desa pada Senin, 29 September 2025, saat insiden itu terjadi.
“Saya minta maaf atas kesalahan saya kemarin, itu salah paham, Pak. Tidak usah dipermasalahkan lagi, sekarang kita jalin silaturahmi saja ke depannya. Bapak juga tidak konfirmasi dulu naik berita tapi saya tidak permasalahkan,” ujar DASTO.
Meskipun salah satu perwakilan media menyatakan telah memaafkan secara pribadi, ia menegaskan, “Ya, saya maafkan, Pak, tapi di sisi lain awak media lainnya belum terima atas ucapan Bapak.”ungkap rekan tim awak media
Pengakuan kesalahan dan ajakan damai via WhatsApp ini dinilai belum cukup meredakan kekecewaan komunitas pers.
Ungkapan Kades, seperti tudingan “Kenapa datang ke proyek, siapa yang suruh, hanya minta uang,” telah melukai martabat profesi dan memicu reaksi keras di kalangan jurnalis nasional.
Tuntutan Komunitas Pers: Permintaan Maaf Harus Terbuka
Komunitas awak media nasional menaruh harapan besar agar Kades DASTO bersedia menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka (resmi) melalui media yang ditujukan kepada seluruh jurnalis se-Indonesia.
Mereka menilai permohonan maaf via telepon pribadi tidak merepresentasikan keseriusan dan tidak cukup untuk memulihkan citra pers yang dicoreng.
Para jurnalis menekankan bahwa pernyataan Kades tersebut telah secara nyata menghambat fungsi kontrol sosial pers dalam mengawasi jalannya pembangunan dan penggunaan dana desa.
Pesan Keras untuk Pemimpin Desa:
Komunitas pers juga mendesak agar insiden ini menjadi pelajaran krusial. Selaku pimpinan desa, DASTO diminta untuk tidak mengulangi lagi bahasa atau ucapan yang merendahkan, tidak hanya kepada jurnalis, tetapi juga kepada seluruh masyarakat yang ia layani.
Pemimpin harus menjunjung tinggi etika, kesopanan, dan menghargai peran setiap profesi.
Seruan Audit Dana Desa Menguat
Di tengah polemik ini, pemberitaan di media online terus bergulir, diiringi tuntutan dari berbagai pihak kepada dinas terkait dan Inspektorat untuk segera mengaudit kembali penggunaan dana desa di Desa Boja.
Situasi ini memunculkan pertanyaan besar mengenai transparansi di Desa Boja, terutama karena Kepala Desa seolah tidak menginginkan kehadiran media yang sejatinya bertugas menjalankan fungsi kontrol sosial.
Dugaan adanya upaya pembungkaman terhadap pers pasca-pernyataan kontroversialnya menjadi sorotan utama dalam isu pengelolaan dana publik ini.***
Red”